Selasa, 02 April 2013

Tugas SoftSkill Bahasa Inggris Bisnis 2

conditional sentence

Do you understand what these sentences imply?
Do you know what they mean?

 
-->
  • "If you had left earlier, you would have caught the train." or
  • "You will make yourself ill if you eat all those chocolates."
They are called conditional sentences. A conditional sentence consists of two clauses; the if-clause, and the main clause. The if-clause can come first or second. When it comes first, we usually put a comma between the two clauses.

There are 4 (four) types of conditional sentences, including mixed conditional.

  1. Conditional Sentence Type 1
The if-clause is in the present tense, the main clause uses will and the infinitive, or simple present.
Conditional Sentence Type 1
TYPE
IF CLAUSE
MAIN CLAUSE
MEANING
Type 1
Simple present
If you work hard,
Simple present
you succeed.
Simple future
you will succeed.
True in the present or possible in future
It’s possible to happen in the future
When do we use conditional sentence type 1?
    1. We use conditional sentence type 1 to talk about possible situations in the present or future.
      • If you leave earlier, you will not be late.
      • If you open the windows, the room will get some fresh air.
    2. We often use conditional type 1 to talk about facts or processes:
      • If you heat water to 100 degrees, it will boil.
      • If we stare into the sun, we will hurt our eyes
 
-->
Note:
Other modal verbs can also be used in place of will and would.
o    If it rains like this all day, the river might flood. (might = will possibly)
o    If it rains like this all day, the river could flood. (could = will be able to)

                Conditional Sentence Type 2
The if-clause is in the simple past or the past continuous tense, the main clause uses would and the infinitive, or would be and the present participle (Verb-ing).
Conditional Sentence Type 2
TYPE
IF CLAUSE
MAIN CLAUSE
MEANING
Type 2
Simple past
If you worked hard,
Past continuous
If it were not raining now,
would + simple form
you would succeed.
would be + present participle
would be going out for a walk.
Untrue in the present
Fact:
 You don’t work hard, so you don’t succeed
Fact:It’s raining now, so I’m not going out for a walk.
When do we use conditional sentence type 2?
Conditional sentence type 2 is used to talk about actions or situations that are not taking place in the present or future, but we can imagine the probable result.
o    If we didn’t live in a big city, we would not have to breathe polluted air everyday. (In truth, we live in a big city)
o    If he were here, I would tell him about my plan.
(In fact, he isn’t here)
Note:
§  ‘Were’ is used for both singular and plural subjects.
§  The use of type 2 conditional in “If I were you, I would ………” is a common form of advice.




                Conditional Sentence Type 3
The if-clause is in the past perfect or the past perfect continuous tense, the main clause uses would have and past participle (Verb 3), or would have been and present participle (Verb-ing).
Conditional Sentence Type 3
TYPE
IF CLAUSE
MAIN CLAUSE
MEANING
Type 3
Past perfect
If you had worked hard,
Past perfect continuous
If it had not been raining yesterday afternoon,
would have + past participle
you would have succeeded.
would have been + present participle
would have been going out for a walk.
Untrue in the past
Fact:
 You didn’t work hard, so you didn’t succeed.
Fact: It was raining yesterday afternoon. I was not going out for a walk.
When do we use conditional sentence type 3?
Conditional sentence type 3 is used to talk about actions or situations that did not take or were not taking place in the past, but we can imagine the probable result.
o    If you had come to the party last night, you would have met my cousin. (In truth, you didn’t come to the party last night)
o    If he had not been late this morning, his teacher would not have punished him. (In truth, he was late)

                Mixed Conditional Sentence
Mixed conditional sentence is a combination of conditional sentence type 2 and conditional sentence type 3.
Mixed Conditional Sentence
TYPE
IF CLAUSE
MAIN CLAUSE
MEANING
Mixed Type
Simple past
If I were a bird,
Past perfect
If you had worked hard,
would have + past participle
would have flown to your place last night.
would + simple form
you would succeed.
Untrue in the present or future.
Fact:
 I am not a bird, so I didn’t fly to your place.
Untrue in the past.
Fact:
 You didn’t work hard. Now, you don’t succeed.
When do we use mixed conditional sentence?
Mixed conditional sentence is used to talk about actions or situations that did not take or were not taking place in the past, but we can imagine the probable result in the present, or actions or situations that do not take place in the present, but we can imagine the probable result in the past.
o    If you lived near the factory, you would have heard the sound of the explosion. (In truth, you don’t live near the factory. Therefore, you didn't hear the sound of the explosion.)
o    If he had not been late this morning, he would be permitted to join the test. (In truth, he was late. Therefore, he is not permitted to join the test.)
http://www.misterguru.web.id/2011/09/conditional-sentences-type-1-type-2.html

Nama   :Muhammad Aditya Suhendra
Kelas   : 4ea15
Universitas Gunadarma

Jumat, 11 Januari 2013

Tugas Softskill kelompok etika bisnis


Nama  : Muhammad Aditya Suhendra
Kelas   : 4 Ea 15
Npm   : 13209870
Universitas Gunadarma

ETIKA UTILITARIANISME

1.      PENGERTIAN UTILITARIANIISME

Utilitarianisme adalah paham atau aliran dalam filsafat moral yang menenkankan prinsip manfaat atau kegunaan (the principle of utility) sebagai prinsip moral yang paling dasariah. Etika utilitarianisme menganggap bahwa sesuatu itu dapat dijadikan sebagai norma moral kalau sesuatu itu berguna. Kegunaan atau manfaat suatu tindakan menjadi ukuran normatif.

2.      ETIKA UTILITARIANIISME

Ada dua kemungkinan dalam menentukan kebijakaan publik yaitu kemungkinan diterima oleh sebagian kalangan atau menerima kutukan dari sekelompok orang atas ketidaksukaan atas kebijakan yang dibuat. Bentham menemukan dasar yang paling objektif dalam menentukan kebijakan umum atau publik yaitu : apakah kebijakan atau suatu tindakan tertentu dapat memberikan manfaat atau hasil yang berguna atau bahkan sebaliknya memberi kerugian untuk orang – orang tertentu.

1.
 Kriteria dan Prinsip Utilitarianisme

Ada tiga kriteria objektif dijadikan dasar objektif sekaligus norma untuk menilai kebijaksanaan atau tindakan.
a. Manfaat : bahwa kebijkaan atau tindakan tertentu dapat mandatangkan manfaat atau kegunaan tertentu.
b. Manfaat terbesar : sama halnya seperti yang di atas, mendatangkan manfaat yang lebih besar dalam situasi yang lebih besar. Tujuannya meminimisasikan kerugian sekecil mungkin.
c. Pertanyaan mengenai menfaat : manfatnya untuk siapa? Saya, dia, mereka atau kita.
Kriteria yang sekaligus menjadi pegangan objektif etika Utilitarianisme adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang.
Dengan kata lain, kebijakan atau tindakan yang baik dan tepat dari segi etis menurut Utilitarianisme adalah kebijakan atau tindakan yang membawa manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang atau tindakan yang memberika kerugian bagi sekecil orang / kelompok tertentu. 
Atas dasar ketiga Kriteria tersebut, etika Utilitarianisme memiliki tiga pegangan yaitu :
1.Tindakan yang baik dan tepat secara moral
2.Tindakan yang bermanfaat besar
3.Manfaat yang paling besar untuk paling banyak orang.

Dari ketiga prinsip di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
“ bertindaklah sedemikian rupa, sehingga tindakan itu mendatangkan keuntungan sebesar mungkin bagi sebanyak orang mungkin”.

2.
 Nilai positif etika ultilitarinisme
etika ultilitarinisme tidak memaksakn sesuatu yang asing pada kita. Etika ini justru mensistematisasikan dan memformulasikan secara jelas apa yang menurut penganutnya dilakukan oleh kita sehari–hari.
Etika ini sesungguhnya mengambarkan apa yang sesungguhnya dilakukan oleh orang secara rasional dalam mengambil keputusan dalam hidup, khususnya dalam hal moral dan juga bisnis.
Nilai positif etika ultilitarinisme adalah
a. Rasionlitasnya. Prinsip moral yang diajukan oleh etika ultilitarinisme tidakdidasarakan pada aturan – aturan kaku yang mungkin tidak kita pahami.
b. Universalitas. Mengutamakan manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi banyak orang yang melakukan tindakan itu.
Dasar pemikirannya adalah bahwa kepentingan orang sama bobotnya. Artinya yang baik bagi saya, yang baik juga bagi orang lain.
Will Kymlicka, menegaskan bahwa etika ultilitarinisme mempunyai 2 daya tarik yaitu :
a. etika ultilitarinisme sejalan dengan instuisi moral semua manusia bahwa kesejahterahan manusi adalah yang paling pokok bagi etika dan moralitas
b. etika ultilitarinisme sejalan dengan instuisi kita bahwa semua kaidah moral dan tujuan tindakan manusia harus dipertimbangkan, dinilai dn diuji berdsarkan akibatnya bagi kesejahterahan manusia.

3.      etika ultilitarinisme sebagai proses dan standar penilaian 
etika ultilitarinisme juga dipakai sebagai standar penilaian bagi tindakan atau kebijakan yang telah dilakukan. Keriteria – keriteria di atas dipakai sebagai penilai untuk mengetahui apakah tindakan atau kebijakan itu baik atau tidk untuk dijalankan. Yang paling pokok adalah tindakan atau kebijakan yng telah terjadi berdasarkan akibat dan konsekuensinya yaitu sejauh mana ia menghasilkan hasil terbaik bagi banyak orang.
Sebagai penilaian atas tindakan atau kebijakasanaan yang sudah terjadi, criteria etika ultilitarinisme dapat juga sekligus berfungsi sebagai sasaran atau tujuan ketika kebijaksanaan atau program tertentu yng telah dijalankan itu akan direvisi.
4.      Analisis keuntungan dan kerugian
etika ultilitarinisme sangat cocok dipakai untuk membuat perencanaan dan evaluasi bagi tindakan atau kebijakan yang berkaitan dengan orang banyak. Dipakai secara sadar atau tidaak sadar dalam bidang ekonomi, social, politik yang menyangkut kepentinagan orang banyak.

5.
 Kelemahan etika ultilitarinisme
a. Manfaat merupakan sebuah konsep yang begitu luas sehingga dalam praktiknya malah menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit. Kaarena manfaat manusia berbeda yang 1 dengan yang lainnya. 

b.
 Persoalan klasik yang lebih filosofis adalag bahwa etika ultilitarinisme tidak pernaah menganggap serius suatu tindakan pada dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai dari suatu tindakan sejauh kaitan dengan akibatnya. Padahal, sangat mungkin terjadi suatu tindaakan pada dasarnya tidak baik, tetapi ternyata mendatangkan keuntungan atau manfaat

c.
 etika ultilitarinisme tidk pernah menganggap serius kemauan atau motivasi baik seseorang 

d.variable yang dinilai tidaak semuanya bisa dikuantifikasi. Karena itu sulit mengukur dan membandingkan keuntungan dan kerugian hanya berdasarkan variable yang ada.

e.
 Kesulitan dalam menentukan prioritas mana yang paling diutamakan.

f.
 Bahwa etika ultilitarinisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingn mayoritas. Yang artinya etika ultilitarinisme membenarkan penindasan dan ketidakadilan demi manfaat yang lebih bagi sekelompok orang.

6.
 Jalan keluar
Para filsuf yang menganut etika ultilitarianisme antara lain menaanggapi kritik tas kelemahan = kelemahan etika ini dengan membuat perbedaan antara ultilitarianisme aturan dan ultilitarianisme tindakan. 

Itu berarti bukanlah suatu tindakan medapatkan manfaat terbesar bagi banyak orang tetapi yang pertama kali ditanyakan adalah apakah tindakan itu sesuai dengan aturan moral yang harus diikuti oleh semua orang. Jadi dalam hal ini suatu tindakan dapat dilakukan jika dapat memenhuni atau sesuai dengan aturan moral yang berlaku lalu dari situ baru kita dapat tentukan apakah tindakan tersebut dapat mendatangkan manfaat bagi sebesar mungkin orang.

Dengan cara ini kita bisa mempertimbangkan secaraa serius semua hak dan kepentingan semua pihak terkait secara sama tanpa memihak, termasuk hak dan kepentingan kita (contohnya perusahaan). Dengan demikiaan pada akhirnya kita bis sampai pada jalan keluar yang dapat dianggap paling maksimal menampung kepentingan semua pihak yang terkait dan memuaskan semua pihak, walaupun bukan yang paling sempurna.
 Inti dari etika ultilitarianisme adalah harapan agar kebijaksanaan atau tindakan bisnis apa pun dan dari peusahaan manapun akan bermanfaat bagi semua pihak yang terkait yang berkepentingan, terutama dalam jangka panjang. Tetapi kalau ini tidak memungkinkan, dimana ada pihak yang dikorbankan.

Anggota kelompok:  Muhammad Aditya Suhendra
                                    Aji Fahmi Kamal
                                   Fadila Widianti

Senin, 12 November 2012

tugas etika bisnis


KRITERIA

Ada 3 kriteria objektif yang dapat dijadikan dasar objektif sekaligus norma untuk menilai suatu kebijaksanaan atau tindakan
1.      Kriteria manfaat, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat atau kegunaan tertentu
2.       Kriteria manfaat terbesar, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat terbesar (atau dalam situasi tertentu lebih besar) dibandingkan dengan kebijaksanaan atau tindakan alternatif lainnya
3.       Kriteria ketiga menyangkut pertanyaan mengenai manfaat terbesar untuk siapa, untuk saya atau kelompokku, atau juga untuk semua orang yang terkait, yang terpengaruh dan terkena oleh kebijaksanaan atau tindakan

Atas dasar ketiga kriteria tersebut, etika utilitarianisme mengajukan tiga pegangan :
1. Suatu kebijaksanaan atau tindakan adalah baik dan tepat secara moral jika dan hanya jika kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat atau keuntungan
2. Diantara berbagai kebijaksanaan atau tindakan yang sama baiknya, mempunyai manfaat terbesar adalah tindakan yang paling baik

4.      Diantara kebijaksanaan atau tindakan yang sama-sama mendatangkan manfaat terbesar, kebijaksanaan atau tindakan yang mendatangkan manfaat terbesar bagi paling banyak orang adalah tindakan yang paling baik.



 PRINSIP UTILITARIANISME
Prinsip otonomi
Adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.

Prinsip kejujuran
Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.

Prinsip keadilan
Menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan. Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle) Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.

Prinsip integritas moral
Terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan/orang2nya maupun perusahaannya.

Nilai positif etika utilitarianisme

1.       Rasionalitas : Utilitarianisme tidak menerima saja norma moral yang ada. Ia mempertanyakan dan ini mengandaikan peran rasio. Utilitarianisme ini bersifat rasional karena ia mempertanyakan suatu tindkan apakah berguna atau tidak. Dalam kasus seks pra nikah tadi, utilitarianisme mempertanyakan sebab-sebab seks pra nikah dilarang. 
2.      utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral setiap orang dibiarkan bebas untuk mengambil keputusan dan bertindak dengan hanya memberinya ketiga criteria objektif dan rasional tadi
3.       Universalitas : semboyan yang terkenal dari utilitarianisme adalah sesuatu itu dianggap baik kalau dia memberi kegunaan yang besar bagi banyak orang. Hal ini sering dipakai dalam politik dan negara.

  Sumber : - http://hankkuang.wordpress.com/2009/06/09/john-stuart-mill-utilitarianisme/

  Nama : Muhammad Aditya Suhendra
  NPM : 13209870
  Universitas Gunadarma
n

Senin, 05 November 2012

ETIKA BISNIS


UTILITARIANISME
Definisi Istilah
Utilitarianisme secara etimologi berasal dari bahasa Latin dari kata Utilitas, yang bearti useful, berguna, berfaedah dan menguntungkan. Jadi paham ini menilai baik atau tidaknya, susila atau tidak susilanya sesuatu, ditinjau dari segi kegunaan atau faedah yang didatangkannya (Salam, 1997: 76). Sedangkan secara terminology utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tidak bermanfaat, tak berfaedah, merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak (Mangunhardjo, 2000: 228).
Menurut Jhon Stuart Mill sebagaimana dikutip Jalaluddin Rakhmat Utilitarianisme adalah aliran yang menerima kegunaan atau prinsip kebahagiaan terbesar sebagai landasan moral, berpendapat bahwa tindakan benar sebanding dengan apakah tindakan itu meningkatkan kebahagiaan, dan salah selama tindakan itu menghasilkan lawan kebahagiaan. Sedangkan kebahagiaan adalah kesenangan dan hilangnya derita; yang dimaksud dengan ketakbahagiaan adalah derita dan hilangnya kesenangan (Rakhmat, 2004: 54).
Perkembangan Utilitarianisme
Will Kymlicka membagi utilitarianisme dalam empat varian sesuai dengan sejarah perkembangannya. Pada tahap pertama, utilitarianisme diartikan sebagai hedonisme kesejahteraan (walfare hedonism). Ini adalah bentuk utilitarianisme paling awal yang memandang bahwa pemenuhan kebahagiaan manusia terletak pada terpenuhinya hasrat kesenangan manusia yang bersifat ragawi. Akan tetapi, model utilitarianisme ini sangat tidak tepat sasaran, sebab boleh jadi apa yang terasa nikmat belum tentu baik bagi individu. Oleh karena itu, muncul jenis utilitarianisme kedua, utilitas bagi keadaan mental yang tidak beriorientasi hedonis (non-hedonistic mental-state utility). Pada perkembangan ini, aspek hedonistik dihilangkan dan diganti dengan kesenangan yang menjamin kebahagiaan. Utilitarianisme dipahami sebagai terpenuhinya semua pengalaman individu yang bernilai, darimana pun hal itu berasal (Kymlicka, 1990: 12-13).
Utilitarianisme model kedua juga menyimpan persoalan, karena pengalaman yang bernilai ternyata tidak satu, dan tidak mungkin semua pengalaman bernilai itu terpenuhi dalam satu waktu. Individu harus memilih. Utilitarianisme model ketiga adalah terpenuhinya pilihan-pilihan individu. Utilitarianisme tahap ini disebut sebagai pemenuhan pilihan (preference satisfaction). Utilitarianisme tahap ini mengandaikan adanya unsur keterlibatan rasionalitas dalam memenuhi utilitas. Pada tahap terakhir, utilitarianisme diartikan sebagai terpenuhinya pilihan-pilihan rasional individu yang berdasar kepada pengetahuan dan informasi yang utuh mengenai pilihan-pilihan tersebut. Utilitarianisme ini disebut pilihan yang berbasis informasi (informed preference) (Kymlicka, 1990: 15-16).
Rasionalitas atau informed preference bukan malah semakin membebaskan manusia dan menunjukkan jalan terbaik bagi pemenuhan kebutuhan manusia, malah akan menjadi legitimasi bagi totalitarianisme. Apalagi, utilitarianisme terkenal dengan semboyan “The greatest happiness of the greatest number” (kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi sebanyak mungkin orang) (Kymlicka, 1990: 12).

KRITERIA
Ada 3 kriteria objektif yang dapat dijadikan dasar objektif sekaligus norma untuk menilai suatu kebijaksanaan atau tindakan
1.      Kriteria manfaat, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat atau kegunaan tertentu
2.       Kriteria manfaat terbesar, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat terbesar (atau dalam situasi tertentu lebih besar) dibandingkan dengan kebijaksanaan atau tindakan alternatif lainnya
3.       Kriteria ketiga menyangkut pertanyaan mengenai manfaat terbesar untuk siapa, untuk saya atau kelompokku, atau juga untuk semua orang yang terkait, yang terpengaruh dan terkena oleh kebijaksanaan atau tindakan

Atas dasar ketiga kriteria tersebut, etika utilitarianisme mengajukan tiga pegangan :
1. Suatu kebijaksanaan atau tindakan adalah baik dan tepat secara moral jika dan hanya jika kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat atau keuntungan
2. Diantara berbagai kebijaksanaan atau tindakan yang sama baiknya, mempunyai manfaat terbesar adalah tindakan yang paling baik

4.      Diantara kebijaksanaan atau tindakan yang sama-sama mendatangkan manfaat terbesar, kebijaksanaan atau tindakan yang mendatangkan manfaat terbesar bagi paling banyak orang adalah tindakan yang paling baik.



 PRINSIP UTILITARIANISME
Prinsip otonomi
Adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.

Prinsip kejujuran
Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.

Prinsip keadilan
Menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan. Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle) Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.

Prinsip integritas moral
Terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan/orang2nya maupun perusahaannya.
Nilai positif etika utilitarianisme
1.       Rasionalitas : Utilitarianisme tidak menerima saja norma moral yang ada. Ia mempertanyakan dan ini mengandaikan peran rasio. Utilitarianisme ini bersifat rasional karena ia mempertanyakan suatu tindkan apakah berguna atau tidak. Dalam kasus seks pra nikah tadi, utilitarianisme mempertanyakan sebab-sebab seks pra nikah dilarang. 
2.      utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral setiap orang dibiarkan bebas untuk mengambil keputusan dan bertindak dengan hanya memberinya ketiga criteria objektif dan rasional tadi
3.       Universalitas : semboyan yang terkenal dari utilitarianisme adalah sesuatu itu dianggap baik kalau dia memberi kegunaan yang besar bagi banyak orang. Hal ini sering dipakai dalam politik dan negara.



NAMA  : Muhammad Aditya Suhendra
Kelas     : 4 EA15
Npm      : 13209870
Universitas Gunadarma
-           

Selasa, 09 Oktober 2012

Etika Bisnis


Pengertian Etika Bisnis beserta contohnya
1. Pengertian Etika Bisnis.
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.

Beberapa hal yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis:
a.Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang terlibat di dalamnya.
b. Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat.
c. Bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan pedoman bagi pihak-pihak yang melakukannya.

Bisnis adalah kegiatan yang mengutamakan rasa saling percaya. Dengan saling percaya,
kegiatan bisnis akan berkembang baik. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika yang menjamin kegiatan.

2. Contoh Kasus Etika Bisnis.
Beberapa kasus yang menyangkut etika bisnis saat ini adalah Iklan. banyak perusahaan yang menggunakan iklan untuk menjatuhkan produk saingannya.
1.  Seperti contoh perusahaan provider telepon selular seperti iklan XL yang di dalam iklannya terdapat beberapa bintang iklannya menggunakan baju dengan warna provider lain. 
2.  Iklan sabun cuci baju Rinso, dimana didalam iklan tersebut ada uji coba dua sabun cuci yang satu produk sabun cuci Rinso yang satu sabun cuci saingannya walaupun didalam iklan tersebut hanya kemasan dan warna kemasan yang ditampilkan.tetapi konsumen sudah tau mrek dari produk saingannya tersebut.


Nama            : Muhammad Aditya Suhendra
NPM             : 13209870
Kelas             : 4 EA 15
Mata Kuliah   : Etika Bisnis
Universitas Gunadarma